Selasa, 25 September 2012
Kisah Sedih Mengharukan Seorang Ibu dan Anak
Senin, 17 September 2012
Rossi Persembahkan Hasil di Misano untuk Simoncelli
Pedrosa Jatuh, Lorenzo Juara GP San Marino
Selasa, 04 September 2012
10 Gunung Api Paling Ganas di Dunia
Letusan Anak Krakatau Tidak Picu Gelombang Pasang
Letusan Krakatau pada masa itu memicu tsunami hingga setinggi 40 meter. "Ini letusan (Anak Krakatau) rutin dan gempanya kecil. Jadi, tidak mungkin memicu tsunami," ujar dia. Hal ini disampaikannya untuk meluruskan informasi di sejumlah media online yang sebelumnya sempat beredar bahwa letusan Anak Krakatau mengakibatkan gelombang pasang. Ini menimbulkan kekhawatiran dari sejumlah warga. Sebelumnya, melalui pesan singkat, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono juga menegaskan, letusan Anak Krakatau tidak mengakibatkan tsunami. Ia juga menyebutkan tidak perlunya ada pengungsian warga yang tinggal di lokasi pemukiman terdekat.
Sumber: kompas.com
Minggu, 02 September 2012
Orang yang Menyumbang Emas di Puncak Api Tugu Monas
Itu baru segelintir sumbangan Teuku Markam untuk kepentingan negeri ini. Sumbangsih lainnya, ia pun ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda. Di zaman Orba, karyanya yang terbilang monumental adalah pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain adalah karya lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia. Mengingat peran yang begitu besar dalam percaturan bisnis dan perekonomian Indonesia, Teuku Markam pernah disebut-sebut sebagai anggota kabinet bayangan pemerintahan Soekarno. Peran Markam menjadi runtuh seiring dengan berkuasanya pemerintahan Soeharto. Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis-habisan. Ahli warisnya hidup terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah direhabilitir. Anak-anaknya mencoba bertahan hidup dengan segala daya upaya dan memanfaatkan bekas koneksi-koneksi bisnis Teuku Markam. Dan kini, ahli waris Teuku Markam tengah berjuang mengembalikan hak-hak orang tuanya. Mengenal Lebih Dekat Sosok Teuku Markam? Teuku Markam turunan uleebalang. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Sempat mengecap pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat). Teuku Markam tumbuh lalu menjadi pemuda dan memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan lain-lain. Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis. Sebagai prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diemban Markam sampai Gatot Soebroto meninggal dunia. Adalah Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menangani masalah perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), ia kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena “disiriki” oleh orang lain. Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu. Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola rampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor – impor dengan sejumlah negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden. Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Hasil bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta mengumpulkan sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas). Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan salah satu impian Soekarno dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu. Teuku Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain seperti Menteri PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa populer. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dikatakan sebagai kabinet bayangan Soekarno. Sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata pemerintahan Orba. Ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Tuduhan itulah yang kemudian mengantarkan Teuku Markam ke penjara pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jl. Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun. Peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membuat hidup Teuku Markam menjadi sulit dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya, berkat jasa-jasa baik dari sejumlah teman setianya. Teuku Markam dilepaskan begitu saja tanpa ada kompensasi apapun dari pemerintahan Orba. “Memang betul, saat itu Teuku Markam tidak akan menuntut hak-haknya. Tapi waktu itu ia kan tertindas dan teraniaya,” kata Teuku Syauki Markam, salah seorang putra Teuku Markam. Soeharto selaku Ketua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang kemudian dikelola PT. PP Berdikari yang didirikan Suhardiman untuk dan atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami (dua orang terakhir ini adalah tokoh Aceh di Jakarta) termasuk teman-teman Markam. Namun tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka ikut mengelola aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari. Suhardiman adalah orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Dijajaran direktur tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami. Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman Nurhani, dan Bustanil Arifin SH. Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus “pinjaman” yang nilainya Rp 411.314.924,29 sebagai penyertaan modal negara di PT. PP Berdikari. Kepres itu terbit persis pada tahun dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan. Proyek Bank Dunia Sekeluar dari penjara, tahun 1974, Teuku Markam mendirikan PT. Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak satupun dari proyek-proyek raksasa yang dikerjakan PT Marjaya baik di Aceh maupun di Jawa Barat, mau diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek PT Marjaya di Aceh antara lain pembangunan Jalan Bireuen – Takengon, Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan-Banda Aceh, PT PIM dan lain-lain. Teuku Syauki menduga, Rezim Orba sangat takut apabila Teuku Markam kembali bangkit. Untuk itulah, kata Teuku Syauki, proyek-proyek Markam “dianggap” angin lalu. Teuku Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi berbagai penyakit di Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi namanya. Bahkan sampai sekarang. Sumber : http://koranbaru.com
Group Band Pertama Di Indonesia
Sabtu, 01 September 2012
Alat Musik Bambu Jadi Duta Wisata RI
"Mungkin kita pikir musik bambu cuma ada di Jawa Barat, tapi ternyata di Indonesia ada banyak musik berbasis bambu," ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar kepada wartawan usai pembukaan Festival Bambu Nusantara di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. Acara yang digelar atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Republik Entertaiment rencananya akan digelar dua hari, yaitu 1 dan 2 September 2012 di Jakarta Convention Center (JCC). Even ini diikuti oleh 12 provinsi, salah satunya Jawa Barat. Lewat ajang ini, Kemenparekraf ingin lebih memperkenalkan musik bambu dari sejumlah provinsi di Indonesia. Festival Bambu Nusantara ke-6 juga diadakan Kemenparekraf untuk mendorong kreativitas pemusik dari bambu untuk berkreasi. Festival ini tidak hanya menampilkan aneka musik bambu saja, tetapi juga kerajinan tangan berbahan dasar bambu. Ada banyak stand yang menjual aneka produk khas dari bambu.
Sumber: http://www.indonesiantunes.com
Bandar Udara Internasional Pertama Di Indonesia
Bandar Udara Internasional Kemayoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional. Bandara ini dibangun pada tahun 1901 dan secara resmi dibuka pada tanggal 1 Januari 1910 meski mulai tanggal 6 Juli 1910 tercatat bandara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij). Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi. Bandara Kemayoran dengan kode KMO ini berhenti beroperasi pada 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal 1 Juni 1984. Sedangkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dibuka secara resmi pada tanggal 1 Januari 1984 untuk menggantikan Kemayoran dan Bandara Halim Perdanakusuma yang kemudian digunakan sebagai pangkalan militer dan VVIP serta bandara sipil terbatas. Bandara ini memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yakni landasan pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu barat-timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter Bandara Internasional Kemayoran dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda dipercayakan kepada KNILM sampai masa pendudukan Jepang, Maret 1942 sampai tahun 1945 (selama Perang Dunia II) diambil alih pemerintah Jepang. Kemudian bandara ini dikelola atau dioperasikan oleh pendudukan sekutu/pemerintah NICA-Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu pemerintah Indonesia berkedudukan di Yogyakarta. Pada tahun 1950-an setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil. Antara tahun 1960 pengelolaan Bandara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1984 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan. Sebagai bandara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada 1 Januari 1960. Kesibukan bandara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh Bandara Sepinggan di Balikpapan, yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan. Di Bandara Kemayoran, tercatat dilaksanakannya pameran udara (Air Show). Pameran kedirgantaraan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1940 tepat pada hari ulangtahun Raja Belanda. Kemudian pada bulan Juni 1984, setelah bandara tidak dioperasikan, diselenggarakan Indonesian Air Show (Pameran kedirgantaraan Indonesia) yang pertama. Sedangkan pameran kedirgantaraan Indonesia yang kedua pada bulan Juni 1996, diselenggarakan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng. Bandara Kemayoran mengalami masa fase-fase bersejarah Indonesia dari masa pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, dan Orde Baru), terutama sekali di dunia penerbangan. Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal perkembangannya dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di sini. Misalkan tercatat pesawat jenis Fokker dari mulai Fokker F-VIIb-3 dengan mesin torak, Fokker Friendship dengan mesin turbo hingga Fokker F-28 yang bermesin jet mendarat di sini. Kemudian pesawat jenis DC-3 Dakota yang tercatat mendarat dan terbang dari sejak awal dan akhir dioperasikannya bandara ini. Serta hadirnya pesawat berbadan lebar generasi awal seperti Boeing 747 seri 200, DC-10 dan Airbus A-300. Selain itu, beberapa peristiwa kelam juga mewarnai pengoperasian bandara ini. Antara lain pesawat Beechcraft yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari bandara Kemayoran. Bandara Kemayoran juga dikenal dan menyebut-nyebut Bandara Kemayoran dalam salah satu episode cerita dalam komik Tintin yakni Penerbangan 714 ke Sydney(Flight 714 To Sydney), dengan menampilkan menara pemandu lalu lintas (tower) Kemayoran. Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1984, untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandara itu, berdasarkan peraturan itu, kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura I ditarik kembali sebagai kekayaan negara. Untuk pemanfaatan lebih lanjut, maka dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1984 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia. Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana ditahun 1988 di bekas Apron bandara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek Menara Jakarta (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai Krisis Asia pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai Menara Kesenjangan. Selain itu, di bekas Bandara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni. Rencana lain, kawasan ini adalah dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau bird sanctuary bagi burung-burung di kawasan ini, namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan bird sanctuary ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Suaka Margasatwa ini juga akan memelihara menara pemandangan serta bekas tower bandara yang akan dipertahankan sebagai kawasan situs bersejarah bahwa dahulunya tempat ini adalah Bandara Internasional. Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan Benyamin Sueb, nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Sumber: Wikipedia.org
DAFTAR NAMA RIDER MOTOGP 2011
(1). Jorge Lorenzo SPA Yamaha Factory Racing (Yamaha)
(4). Andrea Dovizioso ITA Repsol Honda Team (Honda)
(5). Colin Edwards USA Monster Yamaha Tech 3 (Yamaha)
(7). Hiroshi Aoyama JPN San Carlo Honda Gresini (Honda)
(8). Hector Barbera SPA Aspar Team (Ducati)
(11). Ben Spies USA Yamaha Factory Racing (Yamaha)
(14). Randy De Puniet FRA Pramac Racing Team (Ducati)
(17). Karel Abraham CZE Cardion AB Motoracing (Ducati)
(19). Alvaro Bautista SPA Rizla Suzuki MotoGP (Suzuki)
(24). Toni Elias SPA LCR Honda MotoGP (Honda)
(26). Dani Pedrosa SPA Repsol Honda Team (Honda)
(27). Casey Stoner AUS Repsol Honda Team (Honda)
(35). Cal Crutchlow GBR Monster Yamaha Tech 3 (Yamaha)
(46). Valentino Rossi ITA Ducati Team (Ducati)
(58). Marco Simoncelli ITA San Carlo Honda Gresini (Honda)
(65). Loris Capirossi ITA Pramac Racing Team (Ducati)
(69). Nicky Hayden USA Ducati Team (Ducati)
Selasa, 25 September 2012
Kisah Sedih Mengharukan Seorang Ibu dan Anak
Senin, 17 September 2012
Rossi Persembahkan Hasil di Misano untuk Simoncelli
Pedrosa Jatuh, Lorenzo Juara GP San Marino
Selasa, 04 September 2012
10 Gunung Api Paling Ganas di Dunia
Letusan Anak Krakatau Tidak Picu Gelombang Pasang
Letusan Krakatau pada masa itu memicu tsunami hingga setinggi 40 meter. "Ini letusan (Anak Krakatau) rutin dan gempanya kecil. Jadi, tidak mungkin memicu tsunami," ujar dia. Hal ini disampaikannya untuk meluruskan informasi di sejumlah media online yang sebelumnya sempat beredar bahwa letusan Anak Krakatau mengakibatkan gelombang pasang. Ini menimbulkan kekhawatiran dari sejumlah warga. Sebelumnya, melalui pesan singkat, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono juga menegaskan, letusan Anak Krakatau tidak mengakibatkan tsunami. Ia juga menyebutkan tidak perlunya ada pengungsian warga yang tinggal di lokasi pemukiman terdekat.
Sumber: kompas.com
Minggu, 02 September 2012
Orang yang Menyumbang Emas di Puncak Api Tugu Monas
Itu baru segelintir sumbangan Teuku Markam untuk kepentingan negeri ini. Sumbangsih lainnya, ia pun ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda. Di zaman Orba, karyanya yang terbilang monumental adalah pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain adalah karya lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia. Mengingat peran yang begitu besar dalam percaturan bisnis dan perekonomian Indonesia, Teuku Markam pernah disebut-sebut sebagai anggota kabinet bayangan pemerintahan Soekarno. Peran Markam menjadi runtuh seiring dengan berkuasanya pemerintahan Soeharto. Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis-habisan. Ahli warisnya hidup terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah direhabilitir. Anak-anaknya mencoba bertahan hidup dengan segala daya upaya dan memanfaatkan bekas koneksi-koneksi bisnis Teuku Markam. Dan kini, ahli waris Teuku Markam tengah berjuang mengembalikan hak-hak orang tuanya. Mengenal Lebih Dekat Sosok Teuku Markam? Teuku Markam turunan uleebalang. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Sempat mengecap pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat). Teuku Markam tumbuh lalu menjadi pemuda dan memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan lain-lain. Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis. Sebagai prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diemban Markam sampai Gatot Soebroto meninggal dunia. Adalah Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menangani masalah perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), ia kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena “disiriki” oleh orang lain. Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu. Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola rampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor – impor dengan sejumlah negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden. Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Hasil bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta mengumpulkan sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas). Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan salah satu impian Soekarno dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu. Teuku Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain seperti Menteri PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa populer. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dikatakan sebagai kabinet bayangan Soekarno. Sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata pemerintahan Orba. Ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Tuduhan itulah yang kemudian mengantarkan Teuku Markam ke penjara pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba, Jl. Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun. Peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membuat hidup Teuku Markam menjadi sulit dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya, berkat jasa-jasa baik dari sejumlah teman setianya. Teuku Markam dilepaskan begitu saja tanpa ada kompensasi apapun dari pemerintahan Orba. “Memang betul, saat itu Teuku Markam tidak akan menuntut hak-haknya. Tapi waktu itu ia kan tertindas dan teraniaya,” kata Teuku Syauki Markam, salah seorang putra Teuku Markam. Soeharto selaku Ketua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang kemudian dikelola PT. PP Berdikari yang didirikan Suhardiman untuk dan atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami (dua orang terakhir ini adalah tokoh Aceh di Jakarta) termasuk teman-teman Markam. Namun tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka ikut mengelola aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari. Suhardiman adalah orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Dijajaran direktur tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami. Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman Nurhani, dan Bustanil Arifin SH. Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus “pinjaman” yang nilainya Rp 411.314.924,29 sebagai penyertaan modal negara di PT. PP Berdikari. Kepres itu terbit persis pada tahun dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan. Proyek Bank Dunia Sekeluar dari penjara, tahun 1974, Teuku Markam mendirikan PT. Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak satupun dari proyek-proyek raksasa yang dikerjakan PT Marjaya baik di Aceh maupun di Jawa Barat, mau diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek PT Marjaya di Aceh antara lain pembangunan Jalan Bireuen – Takengon, Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan-Banda Aceh, PT PIM dan lain-lain. Teuku Syauki menduga, Rezim Orba sangat takut apabila Teuku Markam kembali bangkit. Untuk itulah, kata Teuku Syauki, proyek-proyek Markam “dianggap” angin lalu. Teuku Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi berbagai penyakit di Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi namanya. Bahkan sampai sekarang. Sumber : http://koranbaru.com
Group Band Pertama Di Indonesia
Sabtu, 01 September 2012
Alat Musik Bambu Jadi Duta Wisata RI
"Mungkin kita pikir musik bambu cuma ada di Jawa Barat, tapi ternyata di Indonesia ada banyak musik berbasis bambu," ujar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar kepada wartawan usai pembukaan Festival Bambu Nusantara di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. Acara yang digelar atas kerjasama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Republik Entertaiment rencananya akan digelar dua hari, yaitu 1 dan 2 September 2012 di Jakarta Convention Center (JCC). Even ini diikuti oleh 12 provinsi, salah satunya Jawa Barat. Lewat ajang ini, Kemenparekraf ingin lebih memperkenalkan musik bambu dari sejumlah provinsi di Indonesia. Festival Bambu Nusantara ke-6 juga diadakan Kemenparekraf untuk mendorong kreativitas pemusik dari bambu untuk berkreasi. Festival ini tidak hanya menampilkan aneka musik bambu saja, tetapi juga kerajinan tangan berbahan dasar bambu. Ada banyak stand yang menjual aneka produk khas dari bambu.
Sumber: http://www.indonesiantunes.com
Bandar Udara Internasional Pertama Di Indonesia
Bandar Udara Internasional Kemayoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional. Bandara ini dibangun pada tahun 1901 dan secara resmi dibuka pada tanggal 1 Januari 1910 meski mulai tanggal 6 Juli 1910 tercatat bandara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij). Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi. Bandara Kemayoran dengan kode KMO ini berhenti beroperasi pada 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal 1 Juni 1984. Sedangkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dibuka secara resmi pada tanggal 1 Januari 1984 untuk menggantikan Kemayoran dan Bandara Halim Perdanakusuma yang kemudian digunakan sebagai pangkalan militer dan VVIP serta bandara sipil terbatas. Bandara ini memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yakni landasan pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu barat-timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter Bandara Internasional Kemayoran dikelola oleh pemerintah Hindia Belanda dipercayakan kepada KNILM sampai masa pendudukan Jepang, Maret 1942 sampai tahun 1945 (selama Perang Dunia II) diambil alih pemerintah Jepang. Kemudian bandara ini dikelola atau dioperasikan oleh pendudukan sekutu/pemerintah NICA-Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu pemerintah Indonesia berkedudukan di Yogyakarta. Pada tahun 1950-an setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil. Antara tahun 1960 pengelolaan Bandara Kemayoran diserahkan kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran. Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1984 pengelolaan dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai perkembangan. Sebagai bandara, Kemayoran banyak disinggahi pesawat dalam penerbangan domestik dan internasional. Karena semakin padat, pemerintah memindahkan jalur internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma yang resmi dibuka pada 1 Januari 1960. Kesibukan bandara itu, pada saat itu hanya ditandingi oleh Bandara Sepinggan di Balikpapan, yang saat itu ramai dalam kegiatan pertambangan, perminyakan dan perkayuan. Di Bandara Kemayoran, tercatat dilaksanakannya pameran udara (Air Show). Pameran kedirgantaraan pertama dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1940 tepat pada hari ulangtahun Raja Belanda. Kemudian pada bulan Juni 1984, setelah bandara tidak dioperasikan, diselenggarakan Indonesian Air Show (Pameran kedirgantaraan Indonesia) yang pertama. Sedangkan pameran kedirgantaraan Indonesia yang kedua pada bulan Juni 1996, diselenggarakan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng. Bandara Kemayoran mengalami masa fase-fase bersejarah Indonesia dari masa pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga kemerdekaan Indonesia (Orde Lama, dan Orde Baru), terutama sekali di dunia penerbangan. Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal perkembangannya dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di sini. Misalkan tercatat pesawat jenis Fokker dari mulai Fokker F-VIIb-3 dengan mesin torak, Fokker Friendship dengan mesin turbo hingga Fokker F-28 yang bermesin jet mendarat di sini. Kemudian pesawat jenis DC-3 Dakota yang tercatat mendarat dan terbang dari sejak awal dan akhir dioperasikannya bandara ini. Serta hadirnya pesawat berbadan lebar generasi awal seperti Boeing 747 seri 200, DC-10 dan Airbus A-300. Selain itu, beberapa peristiwa kelam juga mewarnai pengoperasian bandara ini. Antara lain pesawat Beechcraft yang kecelakaan ketika mendarat, kemudian Convair-340 yang mendarat tanpa roda, pesawat DC-3 Dakota yang terbakar dan pesawat DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Kemudian pesawat Fokker F-27 yang ketika tinggal landas menukik dan membelok kebawah hingga hancur terbakar dalam penerbangan latihan. Tercatat pula pesawat yang tidak pernah kembali setelah lepas landas dari bandara Kemayoran. Bandara Kemayoran juga dikenal dan menyebut-nyebut Bandara Kemayoran dalam salah satu episode cerita dalam komik Tintin yakni Penerbangan 714 ke Sydney(Flight 714 To Sydney), dengan menampilkan menara pemandu lalu lintas (tower) Kemayoran. Setelah dihentikan kegiatan operasionalnya, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No 31 tahun 1984, untuk menghindarkan perebutan kewenangan antar instansi terhadap areal bekas bandara itu, berdasarkan peraturan itu, kekayaan negara yang merupakan sebagian modal Perum Angkasa Pura I ditarik kembali sebagai kekayaan negara. Untuk pemanfaatan lebih lanjut, maka dibentuklah Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) berdasarkan Keputusan Presiden RI no. 53 Tahun 1984 jo Keppres No. 73 tahun 1999. Sebagai pelaksana, diunjuklah DP3KK yang melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan pihak swasta di Indonesia. Pembangunan dimulai pada 1990-an dengan rumah susun sederhana ditahun 1988 di bekas Apron bandara dengan nama jalan-jalan yang mengambil nama pesawat seperti Jl. Dakota. Kemudian pembangunan kondominium dan proyek kotabaru Kemayoran yang sempat menuai masalah. Juga sempat diselenggarakan proyek Menara Jakarta (Jakarta Tower) dengan ketinggian 558 meter di depan gedung perkantoran PT Jakarta International Trade Fair Corporation. Namun rencana ini kandas karena badai Krisis Asia pada tahun 1990. Bahkan ironisnya, pada saat krisis ekonomi tersebut, menara ini dijuluki masyarakat sebagai Menara Kesenjangan. Selain itu, di bekas Bandara Kemayoran juga diselenggarakan Jakarta Fairground Kemayoran (JFK) yang dulu dikenal sebagai Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang sebelumnya diselenggarakan di taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta yang diselenggarakan setiap hari ulang tahun DKI Jakarta setiap 22 Juni. Rencana lain, kawasan ini adalah dijadikan sebagai kawasan hutan wisata yang selanjutnya akan dijadikan sebagai suaka margasatwa atau bird sanctuary bagi burung-burung di kawasan ini, namun karena banyaknya proyek konstruksi, maka kawasan bird sanctuary ditempatkan di Pulau Rambut, salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu di Teluk Jakarta. Suaka Margasatwa ini juga akan memelihara menara pemandangan serta bekas tower bandara yang akan dipertahankan sebagai kawasan situs bersejarah bahwa dahulunya tempat ini adalah Bandara Internasional. Sementara dua landasan pacu tetap dipertahankan sebagai jalan utama dengan median (pembatas jalan) yang tidak permanen untuk sewaktu waktu digunakan sebagai landasan pacu guna kepentingan militer karena struktur landasannya yang menggunakan konstruksi standar landas pacu bandara internasional yang kuat. Pada bekas landas pacu utara-selatan diberi nama Jalan Benyamin Sueb, nama seorang tokoh dan artis serbabisa kelahiran Jakarta yang merupakan warga asli Kemayoran, oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
Sumber: Wikipedia.org
Labels
- Helen (4)
- Ngeblog Yuk... (2)
- SalsacomnNET (3)
- Sitemap (1)
Labels
- Helen (4)
- Ngeblog Yuk... (2)
- SalsacomnNET (3)
- Sitemap (1)
About Me
- Helendra Widiana
- dikit ajalah. dulu kita sih ngak bisa komputer, yah ... eh skrng udah lumayan sambil belajar, walaupun tanpa sekolah gitu skrng jd lumayan lah...!!!